EKSISTENSI PMM DI TENGAH KEHIDUPAN GURU INDONESIA
Penulis
: H. Tarmizi, S.Ag
Kepala SMK Negeri 2 Tambusai Utara
Mahasiswa Pedagogi Pascasarjana UNILAK
Platform Merdeka Mengajar atau yang kita
kenal dengan PMM.adalah salah satu Platform digital yang dikembangkan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang
diluncurkan pada 11 Februari 2022 sebagai wadah pembelajaran dan berbagai inspirasi
diantara pendidik di seluruh Indonesia. Selain
itu juga hadirnya PMM menjadi salah satu dukungan dalam implementasi kurikulum
merdeka yang saat ini menjadi kurikulum di satuan pendidikan.
Sejak kemunculannya di tengah-tengah
kehidupan guru, PMM telah menjadi bahan perdebatan dan pro-kontra dikalangan
pendidik dan praktisi pendidikan. Dalam era digital seperti saat ini, PMM
membuka pintu untuk peningkatan kualitas pengajaran dengan beragam metode dan
strategi. Banyak guru yang merasakan dampak positif dari PMM dan kemudian
berdampak melalui pembelajaran yang dirasakan oleh siswa. Lain dari itu,
terdapat sebagian guru yang belum sepenuhnya terbuka terhadap digitalisasi dalam
dunia pendidikan. Beberapa mungkin meragukan keefektivitasan PMM sebagai alat
pembelajaran bagi guru. Penolakan terhadap PMM juga mungkin didorong oleh
berbagai factor mulai dari ketidakpahaman hingga kekhawatiran nya.
Fenomena tentang PMM di social media.
Media social kini ramai beropini mengenai PMM. Seiring dengan kehadiran PMM,,
banyak guru yang menjadi mendadak sebagai guru content creator dan menggunakan
social media mereka untuk menyuarakan ketidaksetujuan terhadap PMM. Mereka
secara vocal menyuarakan isu-isu terhadap kehadiran PMM dalam bentuk mimpi
buruk dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya beban
guru. selain disibukkan dengan kegiatan belajar mengajar, guru disibukkan
dengan berbagai administrasi yang tiada habis habisnya. Focus guru yang awalnya
mengajar di kelas juga sibuk memikirkan penyelesaian berbagai topic yang
disediakan PMM. Waktu guru habis tersita dengan kegiatan yang tiada habisnya.
Fenomena guru senior yang sudah berusia lanjut yang mungkin belum sepenuhnya akrab
dengan teknologi akan menjadi hambatan serius terhadap adaptasi mereka terhadap
PMM. Meskipun awalnya mungkin terasa canggung, banyak juga guru senior yang
berhasil mengatasi ketidaknyamanan tersebut. Mereka belajar untuk mengutak atik
aplikasi, belajar bersama guru yang lebih muda. Meskipun dunia teknologi
semakin maju, nyatanya akses internet masih belum memadai di pelosok negeri.
Yang akhirnya memaksa guru untuk menjangkau sinyal secara tidak lazim seperti
naik bukit, manjat pohon atau hal lainnya. Bukan karena mereka tak mau,
melainkan karena kondisi yang tidak memungkinkan,
Kesimpulan dan
Saran
Keterlibatan
guru dalam proses pembelajaran dan pengembangan diri masih sangat tergantung
pada kemauan dan komitmen masing-masing guru. PMM bukanlah solusi mutlak
melainkan salah satu sarana yang memberikan dukungan untuk peningkatan kualitas
pengajaran. Dan PMM sebagai universitas
online bagi guru untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan
pendidikan modern . Tentu masih harus banyak membaca data, baik yang pro maupun
yang kontra. Jangan sampai guru merasa terjajah aplikasi.
Opini ini tidak bermaksud untuk merendahkan nilai aplikasi PMM, tetapi lebih sebagai upaya untuk memahami dan mendengarkan guru dalam menghadapi perubahan teknologi di dunia pendidikan. Seiring dengan perkembangan teknologi untuk mencari solusi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan semua pihak dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang efisien dan mendukung bagi guru dan siswa.